Dan saya pun ingin menangis….

Siang hari dua hari yang lalu saya kedatangan dua anak spesial dari pelaihari,disela-sela kami mulai bisa bernafas dengan laporan dengan salah satu bank, dari rumah sakit kemudian menelfon dan meminta bantuan… Jadi yanti, kata ibu…anaknya berkebutuhan khusus, di tes aja sama CPM atau Binet…guru-guru ini datang dari Pelaihari, kasian kalau besok harus balik lagi ke Banjarmasin (perjalanan 2-3 jam). Menutup telpon, saya hanya bersuara di dalam hati…” kenapa harus anak berkebutuan khusus lagi”.

Saya mempersiapkan alat tes untuk anak, dan betapa kagetnya saya ternayata yang datang memakai seragam abu-abu dan biru. Seorang remaja perempuan bernama Yanti berumur 19 tahun (sama seperti nama saya) sekarang di bangku SMA dan Anto yang duduk di kelas 1 SMP dan berumur 17 tahun.  Ternyata anak berkebutuhan khusus yang dimaksud ini sudah berusia remaja.

     Mereka berasal dari Sekolah Luar Biasa di Pelahari, datang ke Banjar untuk di tes kemampuannya mengikuti lomba tingkat nasional untuk anak berkebutuhan khusus di Mataram. Kalau Anto ini kemaren sudah lulus sampai tingkat provinsi, dia bakalan main drum mbak…kategorinya anak tuna laras (saya mangguk-mangguk sambil mengumpulkan jejak informasi soal anak tuna laras), sedangkan ini tuna grahita dimana anaknya mempunyai kecerdasan dibawah rata-rata (sambil menunjuk Yanti). Untuk mengikuti lomba ini, kami perlu rekomendasi dari psikolog buat menjelaskan bagaimana kedua anak ini..soalnya ada tahun kemaren, ada peserta ikut lomba untuk anak Tuna Grahita padahal dia anak normal ketahuan dan di diskualifikasi.

Saya meminta mereka masuk ke ruangan dan menyuruh menggambar pohon dan manusia, kemudian menggambar warteg… Ok, secara umum saya sedikit mempunyai gambaran tentang kemampuan mereka. Sayapun meminta Anto keluar dan saya bersama Yanti untuk melaksanakan tes kecerdasan. Yanti memang terlihat bingung dengan intruksi panjang dan tidak sederhana, dia juga bermasalah dengan pola memori namun untuk perbendaharaan kata sepertinya bersekolah di SLB adalah pilihan yang tepat karena ia cukup baik untuk memahami beberapa hal. Yanti baru bisa Bassal di usia setingkat anak 6 tahun, yang saya gambarkan bahwa proses belajarnya memang lambat dan butuh kesabaran serta terus latihan. Jika dilihat dari fisik mungkin tidak terlihat, karena ia seperti layaknya anak normal lainnya. Cantik, dengan senyum manis ditambah kerudung putihnya yang dipakai dengan hiasan bros. Gurunya menjelaskan bahwa pada awalnya Yanti bersekolah di sekolah normal tetapi terus tidak naik kelas makanya akhirnya di letakan di SLB.

Setelah menapatkan gambaran tentang kecerdasan Yanti, sayapun menyuruh Anto masuk dan mendapatkan sedikit penjelasan tentang latar belakang keluarga Anto dan dia masuk slb dengan diagnosa Tuna laras. Saya berbicara dengannya dan dia bercerita….ceritanya hampir membuat saya menitikan air mata seketika itu juga. Ada luka di tangannya entah karena apa, badanna hitam dan terlihat kurus..tapi dia tetaplah seorang anak. Anto bilang tidak pernah bertemu dengan orang tuanya, ia tinggal di rumah kakek neneknya. Anto memanggil saya ibu dengan malu-malu. ” Pas SMP awalnya sekolah negeri biasa bu, trus ada yang mukul saya, gak tau kenapa…saya balas lalu orang tuanya datang dan akhirnya saya di keluarkan”. Setelah keluar sekolah Anto bekerja di tempat sepeda, “awalnya saya digajih lima ratus ribu, trus banyak yang masuk jadinya cuman dikash 200.000” (Bagian ini yang membuat saya ingin menangis..begitukah pendidikan di negara ini, bukan untuk mereka yang berstatus papa…bukan untuk mereka yang membutuhkan perhatian khusus..apakah pada akhirnya pengajar lebih memilih menyerah dan mengambil keputusan praktis untuk mengeluarkan hingga dia harus terjajah untuk bekerja dan terus berstatus miskin). Saya memikirkan nasib banyak anak Indonesia lainnya, saya memikirkan banyak orang miskin di sekitar saya yang bernasib sama…lalu saya sendiri belum bisa berbuat banyakkk….dan sayapun akhirnya ingin menitikan air mata di depan simbol ketimpangan kesempatan di negara ini…

Dan Allah tidak menutup mata…itulah pandangan saya siang itu…. Allah mempertemukan Anto dengan penjual pentol (bakso) yang kemudian memperkenalkannya kepada sekolah luar biasa, Anto kemudian disuruh sekolah disana dan ia bersedia…. Saya bangga dengan anak ini betapapun dia di cap nakal oleh lingkungannya hanya saja sampai titik ini dia mampu membuktikan bahwa dia pelan-pelan bisa mencapai prestasi. Dengan senang hati saya memberikannya rekomenasi untuk bisa mengikuti lomba di Mataram untuk lomba tingkat nasional.

Setiap anak itu spesial kan ya Rabb…Saya begitu suka kata-kata Dewi Yull yang dianugrahi anak berkebutuhan khusus oleh Mu… Dia bilang ” Allah berarti menganggap saya mampu untuk mendidik dan membesarkan anak dengan kebutuhan seperti ini”. Hah…. Saya masih meraba Rabb ku, kenapa engkau mempertemukan hamba dengan orang-orang seperti mereka..terus menerus secara intens akhir-akhir ini…hingga energi seolah sangat terserap untuk menerima uniknya perbedaan. Namun…Rabb ku…engkau pasti tau apa yang harus hambaMu ini pelajari…jadi, Apapun….Alhamdulillah 🙂

Semoga hati ini selalu tulus dan iklas serta mengerti dengan sederhana….

Cerita Tentang Associate Auditor

Sabtu kami memang tidak berharap ada klien, karena tumpukan pekerjaan dari salah satu klien terbesar kami bulan ini harus diselesaikan. Mereka yang bersaing untuk lolos seleksi di posisi Associate Auditor. Tanggal 10 kemaren adalah hari yang riweh di kantor kami, karena konon bank ini ingin calon yang lolos adalah yang terbaik. Saya membaca job dis pekerjaan yang diberikan kepada kami saja pusingnya ampun-ampunan dan butuh orang yang amat detail, tahan banting, gak cepet stres dan bisa mengelola emosi yang bisa dengan baik mengelola pekerjaan ini. Saya, tidak berminat deh di pekerjaan ini walaupun gajihnya ampun-ampunan. Yah, begitulah manusia hemat saya, karena setiap orang unik, ada orang-orang yang suka pekerjaan njelimet seperti itu, berusrusan dengan kehati-hatian uang, pelaporan, dan tantangan mencari celah benar atau tidak. Dan ada juga yang seperti saya ini, yang lebih suka menjadikan segala sesuatu sederhana semenjelimet apapun urusan..nah, tapi prosesnya itu yang harus bener-bener belajar.

Memperlajari karakter 24 klien secara tidak langsung adalah yang paling menyenangkan dari pekerjaan di lembaga psikologi walaupun untuk bagian rekomendasi di terima atau tidaknya itu yang sulit. Dari 24 orang terpotong 7 orang karena IQ, jadi sebenarnya kami hanya benar-benar mengamati 17 orang. Baik hasil gambar, inventori, ataupun detail tes kecerdasan. Rekan saya bilang, kita ini hampir seperti sekolah profesi kembali, dan dia menggaris bawahi sekolah profesi mungkin tidak sedetail ini. Menghubungkan angka demi angka untuk memprediksi, melihat kelebihan dan keurangan, menganalisa kemungkinan masalah dan menebak apa yang terjadi di masa lalu klien kami, itulah yang saya dan rekan saya lakukan daam diskusi panjang kami. Mungkin ini jauh lebih mudah jika otak kami bukan terformat klinis tetapi industri yang jauh lebih simpel jadi kadang-kadang kecendrungan analisa malah terlalu di luar konteks. Tapi sekali lagi setiap orang itu unik ya..itu yang saya tangkap setelah melihat puluhan gambar, cara tulisan, arah goresan, posisi dan banyak hal lainnya selama kurang lebih dua bulan saya berurusan dengan pemeriksaan psikologi.

Sebenarnya ketika seseorang gagal di suatu pekerjaan bukan berarti dia bodoh, tetapi secara kepribadian belum tentu dia cocok, bayangkan saja umpamanya jika seseorang yang jiwa lapangan ternyata di tempatkan di administrasi gudang, bukannya bisa jadi pemicu stres kerja tu, walaupun bisa jadi seseorang akan menyesuaikan diri, tetapi pada akhirnya pekerjaan tidak menjadi sesuatu yang bisa dinikmati. Seperti karakter seorang klien kami yang mencoba kami raba, kecendrungan dominant, tipikal pemimpim, selalu ingin berprestasi, lebih suka memiiki otonomi bebas dan kurang menyukai hal-hal yang berhubungan dengan kedetailan pekerjaan. Walaupun secara intelektual dia superior, tetapi secara kepribadian sebenarnya kurang cocok untuk bekerja di posisi associate auditor dengan segudang tanggung jawabnya yang cenderung detail, kaku, dan memiliki norma-norma yang pakem harus dipatuhi. Lalu kami sepakat untuk tidak menyarankan orang ini di posisi tersebut. Dulu pernah ada seorang teman yang bertanya bagaimana trik dan tipsnya lolos tes psikologi (hee…orang saya yang tes juga jarang berhasil kok), pertanyaan yang saya ajukan biasanya selalu sama…kamu senang bekerja dengan tipekal pekerjaan seperti itu? , atau tipekal pekerjaan itu adalah kamu banget??? Karena saya yakin kalau dari segi kemampuan teman saya ini pasti lewat, tinggal apakah kepribadiannya saja lagi cocok atau tidak. Biar pekerjaan itu tidak hanya sekedar rutinitas dan penyelesaian tanggung jawab tetapi bisa dinikmati dan bikin bahagia. Begitu juga dengan 17 orang yang mungkin akan gugur pada tahap ini…saya berharap mereka bisa menemukan apa yang memang sesuai dengan diri mereka dan gak cuman sekedar materi dan materi. Kembali kepada proses, bukannya gender ni ya, hanya saja mungkin pekerjaan tipekal ini lebih cocok untuk para kaum adam. Mengingat tugasnya yang seabrek dan rentan mendapatkan tekanan mana-mana, apalagi kadang harus berpergian ke beberapa daerah yang cukup jauh dan ketika menemukan temuan-temuan yang riskan bisa jadi membawa tekanan psikologis kepada sang wanita. Apalagi misalkan dia suatu saat menikah, dan punya anak..wah..wah saya gak ngebayangin…makanya juga mungkin hampir yang lolos adalah laki-laki.

Eits, bukan berarti tidak ada wanita lho…Ada juga seorang wanita yang akhirnya kami sarankan, merupakan Klien favorite rekan saya karena kepribadiannya yang begitu unik sampai teman saya bilang ” sama wanita ini ya, cowok harus benar-benar lebih, dan dia harus benar-benar jatuh cinta baru dia nurut takluk”, bagaimana gak…kecerdasan gak usah ditanya, semangat prestasi tinggi, dominant pula, cenderung menguasai, tipekal pemimpin dan ini yang membuat sosok ini tidak seimbang afiliasi terhadap lingkungan kurang sekali (yang dalam skor tes nilainya 0, wah.kalau sampai nol mah… Itu serasa gak butuh orang lain). Karena kepentingan kamikan mencari associate auditor yang oke bukan seorang calon istri maka no problemo, apalagi sikap kerjanya juga mendukung. Rekan saya bilang wanita ini ya….seperti tidak butuh lelaki…. Hemmmm…Kalau menurut saya si, mungkin saat ini iya, hanya saja suatu saat dia pasti butuh imam yang bisa membimbing dan tempat bersandar bukan…. Dan kesimpulan saya adalah jika dibalik laki-laki sukses ada peran seorang wanita di belakangnya, tapi di balik wanita sukses ini mungkin nanti akan ada laki-laki ” gila” (yang maknanya tidak harus negatif) yang siap mendampinginya.

Kadang-kadang saya kagum dengan penelitian psikologis yang sebegitunya bisa memprediksi manusia tapi kadang-kadang juga saya cukup mengkitisi, cuman mau gimana lagi, alat ukur yang cukup objektif untuk melihat kemampuan seseorang yang belum kita kenal adalah dengan psikotes, jadi sayapun beberapa hari ini kembali mengkaji gambaran-gambaran kepribadian dari buku-buku kuliah saya dulu. Benar kata ketua lembaga saya, lama-lama kamu tidak akan butuh lagi yang namanya buku karena di tempa sama yang namanya pengalaman dan dulu seorang dosen pernah bilang, akan menjadi ahli jika sudah menganalisa 10.000 gambar….Whuaaahaaa….berapa tahun saya harus melakukan itu. Ini juga kata dosen saya dulu ” orang psikologi pun” sebelah kakinya bisa keneraka. Saya takut jika salah memberi angka, saya takut jika tidak benar menganalisa, dan hanya dengan satu kategori (tinggi atau rendah) bisa membuat seseorang masuk kategori disarankan atau tidak. Walaupun hasil dari kami akan diperiksa kembali oleh ibu sebagai finishing akhir hanya saja proses pemberian derajat terhadap seeorang itu yang butuh pemikiran dan kehati-hatian. Kemudian terus mengatakan kepada diri sendiri bahwa realistis itu berbuat yang terbaik di titik ditempat kita berada agar saya tidak alpa, agar saya secapek apapun tetap bisa memberikan penilaian yang paling objektif. Makanya saya sering sekali bertanya kepada rekan saya yang menurut saya masalah gambar dan mengubungkan dinamika satu sub tes ke sub tes lain jauh lebih jago…. (So, catatan pribadi saya, saya harus lebih banyak latihan dan mencocokan teori dengan temuan lapangan). Semoga memang yang menjadi rekomendasi lembaga kami bisa melakukan yang terbaik di pekerjaan mereka nantinya. Trimakasih ya Rabb, mengijinkan mengenal banyak warna dunia.

Alhamdulillah

Cerita Soal Klien di Perusahaan Cat

Hari ini saya belajar soal cat, marketing, sosial service dan seluk beluk mendapatkan klien….Ketika berbagai perpektif sering mampir dan mengajarkan sesuatu walau sederhana….

Pagi ini saya mendapatkan dua klien yang akan di promosikan oleh perusahaannya. Salah satu perusahaan cat nasional yang punya kantor cabang di kalimantan selatan, jadilah di refer ke kantor kami. Posisi yang saya pelajari malam sebelumnya adalah jabatan ini membutuhkan leadership yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, kerja sama dan mengarahan yang baik dari seorang pemimpin.  Sepanjang pagi sebelum pergi ke kantor, saya mikir apa yang bisa saya lakukan dari pada memberikan tes manajerial yang saya belum menguasai dengan baik interpretasinya.

Mengingat dulu pernah ikut tes IM dengan segudang esainya, yang menurut saya lebih psikologis karena melibatkan perasaan sang penulis, maka sayapun menggunakan strategi ini…hitung-hitung belajar buat kroscek dengan alat tes yang saya berikan, tapi dengan konsekuensi saya lebih mengahabiskan waktu yang lebih lama dibandingkan tes-tes sebelumnya…he, tak pikir-pikir tak papalah sekalian belajar melatih kepekaan. Sekalian juga saya belajar tentang seluk beluk pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab mereka…  Dan saya pun memberikan waktu kurang lebih 30 menit untuk mengarang indah…Ada dua pertanyaan yang saya ajukan dan semuanya terkait dengan pekerjaan…Pertanyaan pertama terkait job dis pekerjaan mereka dan pertanyaan kedua terkait ” seandainya saya terpilih menjadi posisi tersebut”, yang menurut saya mengandung interpretasi luas bagi sang penulis dan kita bisa melihat banyak aspek kepemimpinan disana…Ini lebih menyenangkan tentunya dari pada menjawab MSDT yang terlalu panjang itu….

Setelah sesi tes lain yang panjang, tibalah pada sesi wawancara, karena rekan saya sedang mengajar, maka hari ini totaly sayalah yang menghandle semuanya… Sepertinya saya menghabiskan lebih dari setengah jam setiap orangnya untuk ” ngobrol” dengan mereka..saya mengatakan ngobrol untuk mengurangi kesan kaku saja, dan apalagi usia saya yang jauh dibawah mereka,,,jadi kalau saya pakai kata wawancara mungkin terkesan gimana (sempat ingin terlihat lebih dewasa biar dipanggil ibu…ha).

Inilah yang saya dapat hari ini dari dua klien saya

Cerita klien pertama

Saya memperkenalkan siapa saya….kemudian biar tidak terlihat tegang, bapak yang agak muda ini kemudian saya goda sedikit…(heee), saya panggil bapak atau mas ini….dan mulailah kami mengobrol..Dia banyak bercerita selesai SMK dia langsung bekerja sebagai pramuniaga di sebuah departement store, kemudian pindah keperusahaan sekarang sebagai retail, lalu ke posisi CS dan sekarang akan di promosikan ke koordinator SPG. Saya berusaha mengungkap bagaimana kapasitas dia soal kepemimpinan dan sikap terhadap bawahan…kesan yang saya tangkap adalah orang ini punya kepekaan sendiri terhadap karyawan…dan dia punya semangat yang tinggi untu cerita dan menjelaskan dirinya. Saya kan tidak mengerti soal percatan ya…jadinya beliau ini banyak menjelaskan soal cat yang baik, bagaimana mencampur sampai ada alat-alat segala. Di jabatan yang baru dia akan membawahi SPG di beberapa wilayah kota di banjarmasin ataupun luar kota. SPG itu harus ramah pokoknya mbak, dulu kan saya pernah di pramuniaga, jadi ya harus sabar menghadapi pembeli. Saya bertanya apa sih yang biasanya menyebabkan SPG keluar dari pekerjaannya, gajinya sesuai gak? dia menjawab kalau gaji UMR kalimantanlah kalau yang keluar biasanya karena konflik sama pemilik toko. Mas ini kemudian menjelaskan sistem kerja sama dengan toko, ada yang berbentuk rekanan dimana ada SPG kantor dan ada juga yang tidak, artinya mereka bisa mengelola sendiri (heee….yang saya suka dari wawancara ini adalah saya dapat ilmu baru dari manajement). Saya kemudian bertanya masalah sulit apa yang pernah dihadapi dan bagaimana cara menghadapinya.. Kemudian dia menjelaskan soal diterima di perusahaan sekarang dan dia juga dikabarkan di terima di dalah satu bank besar, akhirnya memilih di perusahaan sekarang karena masih di Banjarmasin, bisa tinggal dengan orang tua jadi lebih irit biaya, dan yang penting saya bisa teru kuliah mbak…saya kuliahnya malem senin sampai jum’at. (nah, ini yang saya suka dari wawancara, kadang-kadang saya mendapatkan aspek lain yang saya butuhkan untuk data tanpa bertanya spesifik).

Cerita klien kedua

Dari bekerja di Jakarta sebagai QC perusahaan impor ekport, pindah ke sebuah Yayasan sosial, dan pindah ke banjarmasih lalu bekerja di perusahaan cat ini. Diawali karir sebagai admint, CS, sekarang sebagai Project Rep yang bertugas menghandle klien-klien yang berhubungan dengan bangunan (umumnya kontraktor dan owner langsung bangunan). Bapak ini sepuluh tahun lebi tua dari saya dan tidak seceria klien saya yang pertama, pembawaannya tenang dan tatapannya dalem…(haa…apa coba ya), kamipun mulai ngobrol seputar pekerjaan. Bahwa tugasnya intinya adalah menjual cat kepada bangunan-bangunan..jadi sistem kerjanya benar-benar di lapangan. Misalnya ada bangunan baru, bapak ini berusaha mencari owner atau kontraktornya kemudian mencoba lobi-lobi gimana caranya cat perusahaan mereka yang dipakai. Wah, saya mendapatkan banyak ilmu  marketing dari bapak ini..prinsipnya mbak, dalam marketing itu dilarang banting harga, nanti bisa menurunkan kualitas, jadi lebih ke tawaran-tawaran pendukung seperti kontrol langsung dari perusaaan, mendapatkan fasilitas tertentu dan lain-lain. Lobi dengan owner dan kontraktor juga beda mbak..kalau owner lebih memancing kepuasan pribadi mereka, sedangkan kalau ke kontraktor lebih ke tawaran harga bahkan mungkin komisi. Dalam bisnis ini juga kata sang bapak kita juga harus memahami tentang produk-produk saingan kita sehingga bisa mendongkrak kualitas produk yang ditawarkan. Saya bertanya pernah dapat klien yang kompline. Beliau menjawab dulu sempat kita kasih solusi salah, akibat survey rekanan..kasusnya lantai di cat, tetapi habis itu gak lama langsung terkelupas (saya baru tau lantai bisa dicat, hee), banyaknya kemudian menjelaskan soal tipekal lantai dan jenis cat yang sesuai (hooo….saya mangguk-mangguk), akhirnya mbak bonus saya juga dipotong untuk nambalin cat yang gak dibayar… Jadi setelah itu saya belajar untuk lebih teliti lagi. Bagaimana dream tim bapak dan bagaimana bapak membagi tugasnya..itu adalah pertanyaan terakhir lain setelah kami cukup lama ngobrol seluk beluk pekerjaan beliau Saya ingin tim yang di dalamnya tidak mudah menyerah, kadang klien itu kan mesti di datangi berkali kali dan mesti ada triknya sendiri-sendiri, dan di tim saya juga harusnya tidak egois karena capaian tim adalah capaian bersama, saya gak ingin tim saya sibuk mengejar target sendiri, mungkin saya akan menerapkan sistem roling dan membagi area sales sesuai dengan kebutuhan. Banyak sales yang berada di luar kota karena prospeknya lebih terbuka lebar. Catatan pribadi saya, orang akan belajar banyak jauh dari pengalaman..dan bapak ini dengan pengalamannya sudah melakukannya. Saya sempat tergelitik dengan pertanyaan saya sendiri kepada sang bapak yang lulusan filsafat kemudian bekerja di marketing,..bagaimana pak, awal-awalnya dulu…. Dan sang bapak menjawab, jadi memang semua pekerjaan itu ada tantangannya mbak, awalnya saya juga sempat ngerasa kok gak mungkin saya mencapai target, 6 bulan pertama saya cuma bagi kartu nama dan pengenalan diri saja, klien kan harus pelan-pelan, yang penting mereka tahu dulu, saya juga belajar untuk peka terhadap peluang, misalnya jalan-jalan kemana kalau ada bangunan baru saya cari tahu siapa owner atau kontraktornya kemudian untuk saya lobi di hari berikutnya… Akhirnya ya bisa aja (saya menggaris bawahi bahwa setiap kesabaran pasti akan membuahkan hasil yang indah).

Yang saya suka dari jum’at dan bertemu dua orang ini adalah saya bisa belajar lebih banyak dari pengalaman mereka…bahwa saya tidak perlu merasakan seperti mereka untuk memahami, tetapi hikmah yang dapat di mereka bisa juga sampai kepada saya, walaupun mungkin tidak seutuhnya…

Dan sis menyenangkan dari pekerjaan saya sekarang adalah membuat saya lebih mengenal dunia dan menghargai perbedaaan, bahwa adalah pilihan kita ingin hidup dengan cara seperti apa…

Alhamdulilllah Rabbku…Saat dimana engkau terus membuat hambanya belajar dengan sederhana

Klien Favorit saja sepanjang ini :)

saya sudah menduga hasil IQ akan memuaskan…. dari pertama bertemu dengan si kecil ini…matanya sudah menyiratkan kepercayaan diri dan semangat untuk menemukan…senang sekali jika semua anak matanya seperti pelangi seperti ini… menurut saya bukan hanya karena kulitnya yang putih dan pakaiannya yang bagus yang bikin dia cantik, tetapi bagaimana sikapnya yang mengesankan terhadap lingkungannya…dan anak ini baru berumur 5 tahun 6 bulan…

saya mengajaknya berkenalan…halo, nama saya kak yanti…kamu siapa…dan dengan mantap menyebutkan namanya…. mau ikuk kakak main yuk diatas, tapi mamahnya tinggal disini dulu ya…kamu main sama kakak ok….dan dia langsung bilang iya…. satu indikator yang menurut hemat saya nyaman dengan lingkungan baru mengingat anak sekecil ini…. Si kecil sebut saya Key ( bukan nama sebenarnya…karena rahasia) sangat atraktif sekali, dia bertanya dan minta penjelasan..alat-alat tes saya dilihat kemudian memperhatikan dengan seksama seisi ruangan..anak ini peka sekali dengan lingkungan…

Key…nanti kita main-main ya…jadi main-mainnya modelnya itu kakak tanya key jawab…kakak suruh key melakukan sesuatu, ntr dilakukan ya…udah siapkan… kakak-kakak dia bertanya entah apa (saya lupa), pokoknya yang ada tes IQnya disertai dengan dialog dan dialog dengan key yang selalu ingin tahu… Mungkin kalau ada asisten praktikum, nilai saya bisa rendah sekali soal urusan performance…Dan dugaan saya tepat…ditahun pertama dia sudah bassal (huaa..hati saya berlonjak girang), rekan saya yang subuk masuk-keluar dari ruanganpun ikut tertawa dan gemes melihat si cantik key ini…lalu si key bertanya..” kenapa to kak mas itu…” Whuaa…peka sekali kamu ya key..melihat rekan saya yang sedang bingung nyari stopwacth lah, kertas soalah, buku lah, dan lain-lainnya. Pemeriksaan psikologis yang hampir berlangsung dua jam itu pun sangat tidak terasa.. Kami melakukannya di lantai dengan gaya lesehan…kadang-kadang key naik ke kursi dan membiarkannya bercerita sesuatu sebelum saya bertanya lagi… ” kak yantiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii….” key memanggil saya tiba-tiba saat dia asik menggambar… trus key bilang…aku manggilnya iiiiinya panjang ya…. (haa…sumpah anak ini menggemaskan sekali”.

Di usia 8 tahun ia celling, berarti kecerdasannya dua tahun diatas rata-rata anak usianya… saya bisa memprediksi IQ nya pasti diatas 120….dan ternyata benar setelah dihitung kembali, mencapai 130 malah…wah nakkk…cerdasnya kamu….

Kak yanti….. kakak sekolah dimana tanya key kemudian…lalu saya menceritakan kronologi sekolah saya…dari SD sampai kuliah….Key bilang…aku tahu SMA seragamnya apa… dan secara refleks dia bilang..habis itu nikah ya kak…whuuhiiiii…key…. kamu itu ya… saya kemudian bertanya, tau dari mana konsep tentang nikah, dan key menjawab dari temannya…. anak kecil ini yaaaa……

Saking penasarannya sama anak ini, saya kemudian tidak hanya menggunakan tes binet untuk menguji tes kecerdasannya, saya mengambil beberapa mainan dari lemari…dan so amazing, dia mampu mencocokan dengan logika yang benar terhadap gambar-gambar yang saya sajikan… yahkkk…saya memang bertemu dengan anak cerdas dan luar biasa….dan kamipun mengobrol lama di ruangan saya…. walaupun tes sudah selesai dan seharusnya saya mengembalikannya ke sang ibu…tapi saya suka sekali mendengarkan cerita anak ini…tentang ibunya yang kadang marah, tentang adiknya yang suka rebut mainannya, tentang penampilan menarinya di TK, atau tentang film cinderlela yang biasa dia tonton….dan dia beberapa kali membetulkan ucapan saya ” cery bell kakak, bukan tedy bell” haa….Pokokny saya suka sekali dengan anak ini…..

Saya dan ibunya kemudian ngobrol banyak tentang perkembangan key..ibunya sebenarnya ingin memasukannya di SD tapi khawatir karena anaknya terlalu muda untuk usia SD makanya mbak saya ingin tahu apa sebaiknya dia saya kembalikan ke TK aja atau masukin SD ya…. Ibunya kemudian menjelaskan bagaimana keseharian key setiap hari…dari dia itu suka sekali sama sekolah, sudah bisa bertanggung jawab sama PR yang harus dikerjakannya, menggunakan pakaian sendiri, dan bisa memahami ekpresi orang lain (ibunya mencontohkan saat key melihat film cinderlela dan pangeran, key langsung bilang…. mama mereka jatuh cinta ya…). Saya tersenyum melihat ibu ini…. punya anak yang begitu cerdas dan bingung apa dia sanggup atau tidak… dan mulailah saya edisi bercerita tentang otak anak dan kemampuan oprasional formalnya, tentang prestasi dan keseimbangan hidup, tentang potensi dan pola didik keluarga… Hematnya yang merangkum obrolan kami adalah bahwa mendidik anak itu harus seimbang, bagaimana caranya key yang sudah spesialini tetap bisa berprestasi, menghargai lingkungan, menyayangi orang-orang sekitarnya dan taan sama Tuhannya… Simple thing but hard to do…..berharap suatu saat jika key besar, apapun yang dia raih dalam hidupnya ia tetap menjadi pribadi yang cinta sesama dan bermanfaat sebaik-baiknya dengan iklas….

Semoga ya Key…..

Sejauh ini…kamu adalah klien favorite saya

Semoga semakin banyak anak Indonesia seperti kamu

Edisi Mengajar Pertama Di Yayasan Anak Bangsa

Edisi pertama kali mengajar di Yayasan Anak Bangsa dengan anak-anak unik berbagai rupa….

Ibu saya mau belajar matematika (haa…saya dipanggil ibu…), nanti besok ya saya bilang..hari ini kita belajar membaca dan menulis dulu….

Siapa yang belum bisa baca angkat tangan??? dua bidadari kecil yang cantik angkat tangan, namanya Gina dan Nova angkat tangan… Lalu Icha dan Dini (yang saya sering ketukar namanya) bilang, saya sudah bisa bu….yang lain aja…Wah, pengajarnya edisi kebingungan dalam sesaat. Akhirnya di menit-menit awal kita berbincang soal cita-cita… dipancing dengan pertanyaan dari seorang anak…” ibu itu sudah kerja ya…dimana?”. Ia sudah, di lembaga psikologi dan dosen nanti…saya bilang kemudian…Dosen itu apa bu kata anak lainnya….

Mulailah kami membicarakan cita-cita….yang dengan bahasa sederhana anak adalah ingin kerja menjadi apa mereka kelak.

Saya ingin menjadi guru bu,,, saya juga kata anak lainnya, saya ingin jadi polisi, saya juga… (kok jadi edisi ngekor ya), dan yang bikin saya terkekeh adalah ceplosan salah satu anak..” saya ingin jadi cerry bell bu…dan di ikuti salah satu temannya, kalau saya ingin jadi penyanginya” (wahh…wahh… cery bell harus sadar ni, tingkah dan polah mereka diidolakan sama anak yang berusia 4 tahun.

Karena anak-anak yang ingin belajar ini memiliki klasifikasi yang berbeda sementara saya hanya sendiri dan semua anak terus memanggil saya untuk diajari, jadilah kelas saya kotak-kotakan…. Saya meminta mereka berperan menjadi guru-guru baru di dalam kelas. Dalam beberapa waktu saya mempunyai guru-guru kecil di kelas mini kami yang bertmpatkan beranda depan rumah. Metode ini ternyat cukup efektif…catatan pribadi saya adalah ketika kamu bersentuhan dengan anak-anak maka janganlah menggunakan metode kaku dua arah seperti kebanyakan metode di kelas konvensional, tetapi gimana caranya anak terlibat aktif dan merasa memiliki kelas mereka sendiri…..

Weheee….anak-anak yang lain mulai berdatangan, dan celakannya kelas mereka berbeda-beda bagaimana saya mau mengajarkan hal yang sama…Usman si kelas lima saya minta mengarang indah dengan cita-cita dan hobbynya, begitu juga siganteng yang saya lupa namanya…seorang anak nyeletuk kepada saya…ibu..ibu ini sudah tua ya, kok nama ku ketukar terus (hee…edisi terus ketukar nama antara icha dan dini). Kemudian beberapa anak kelas satu saya ajak latihan menulis dengan bagus…. Si jagoan adit bilang… ibu saya mau dituliskan kata-kata disini…kemudian saya tulis, ” Saya adalah anak yang baik” adit kemudian protes… ” ibu ini terlalu sedikit…. yang panjang gitu nah…kemudian saya menambahkan dan ” dan anak yang sholeh”. Adit kemudian menantang saya..mau berapa saya tuliskan ibu…” saya bilang, sepuluh saja adit…okkk, sambil kompak dengan tangannya”…. ” ok bu, saya akan tulis sampai seratus”…heee…dan hasil akhir tulisannya ternyata hanya sampai tiga… dan adit bilang, nanti saya selesaikan di rumah bu…(hemmmm..adittt…kita lihat minggu depan isi bukumu ya), dan sayapun hanya memberikan nilai 70 kepada adit sementara teman-temannya mendapatkan nilai 100.

Ibu….aku gak bisa nulis angka 3 itu susah…ibu…ini sesak duduknya nazwa lho geser-geser…ibu…. saya sudah selesai nulis angkanya…ibu…saya ingin mengerjakan PR, ibu saya hobynya main PS, ibu…saya gak mau nulis bukunya bau….whuaaaa…satu jam lebih bersama anak-anak ini selalu diisi dengan panggilan..” ibu,,,ibu…ibu…dan ibu…” dan saya selalu tertawa dalam setiap edisinya…sampai-sampai si kecil nova bilang..ibu…kenapa ibu selalu tertawa… (haa…saya tertawa sambil bingung sebenarnya nak…membagi perhatian dengan sebegini anak yang punya kemampuan beda plus mau diajarin satu-satu)

Tapi saya sangat bahagia bisa mengajar disini…

Hah…andai kami punya uang lebih untuk memberikan banyak fasilitas untuk mereka….saya juga masih memikirkan apa yang kira-kira dibutuhkan untuk mereka…misi utama saya adalah ” bagaimana caranya bikin mereka suka baca” karena buku jendela dunia, dan buku adalah ruang untuk mendewasakan….

Ini cerita saya..dari kampung kecil di sela-sela perumahan mewah…ironisme dan paradoks kehidupan yang saya kunyah setiap harinya..