Menikmati Sudut Kampung Sempekolan

IMG_0032IMG_0051 IMG_0056 IMG_0066 WP_20140930_001Sisi menyenangkan dari pekerjaan saya sekarang adalah menikmati sudut indah dari sebuah kampung, dengan keasrian dan kesegaran alamnya. Membuat saya semakin kagum kepada Sang Pencipta atas detail-detail alam yang luar biasa. Semoga hutan dan segala isinya ini tidak segera habis karena kerakusan manusia.

Saya sering berhenti di beberapa titik menuju kampung Sempekolan, mengambil nafas sejenak, mengumpulkan energi dan koin sosial saya, kemudian siap belajar bersama mereka. Sempekolan adalah kampung paling favorite dari seluruh kampung yang saya datangi, tentunya dengan kesenangan dan tantangannya.

Jadi…. Mari mengenal negeri ini lebih banyak, dan tetaplah menikmati ya Yanti!

Berkunjung Kembali ke Belaban Tujuh

Beberapa minggu lalu, saya berkunjung kembali ke SDN 27 Desa Belaban Tujuh, masih menjadi desa favorite saya karena banyak aura positif di dalamnya. Kali ini saya ke sana dengan formasi lengkap. Koordinator kabupaten, fascam dari kecamatan Nanga Tayap, dan tiga kader yang membantu memfasilitasi di tiga desa. Intinya kami semua berbondong-bondong ke sana karena ingin belajar bagaimana sekolah ini membangun kerja sama di pendidikan.

Tentu saja kami mendapatkan ilmunya, komite sekolah, guru-guru, dan perangkat desa sangat terbuka dengan kedatangan kami. Sayapun mendapatkan suntikan semangat baru melihat desa ini. Emm, secara ya, setelah bertubi-tubi aura negatif di beberapa tempat (Lho…jadi curhat).

Gs36d65dad-8511-4377-9108-b1b50f9212ac_png

Apa yang baru dari SDN 27, kali ini anak-anak membawa piring,gelas, dan sedotan dari bambu untuk mereka makan dan minum sehari-hari. Prakteknya, ketika anak-anak akan belanja di kantin sekolah, mereka membawa sendiri piring dan gelasnya. Ide ini muncul karena anak-anak sering buang sampah sembarangan, ya namanya anak-anak, dikasih tau hari ini besoknya buang sampah lagi. Lalu datanglah ide sederhana tetapi signifikan mengubah pola tingkah anak. Selain sekolah lebih bersih, anak kemudian juga belajar untuk menjaga dan merawat barang yang mereka miliki sendiri. Mencuci bekas makanan, dan sedotan bambu yang mereka gunakan bisa dipakai berulang-ulang.

Selain itu, sekolah ini juga membuat layar LCD dari spanduk bekas dan pipa paralon, keren yak!! Emang kalau dasar  niatnya mendidik anak dengan benar, pasti akan ada ide-ide kreatif muncul. Senang sekali berada di sini. Bagaimana dengan kegiatan desa dan pendidikan?, saat dua atau tiga bulan lalu saya ke sini, desa sedang merintis TPA, sekarang sudah puluhan anak yang terdaftar menjadi murid dengan jumlah guru lebih dari 10 orang.

Desa ini, sekali lagi memberikan pembuktian kepada saya, bahwa ketika masyarakat sadar mereka berdaya, mereka tidak butuh pemerintah untuk maju, mereka akan memberdayakan diri mereka sendiri, dan mencari cara agar terus bisa maju.

Terimakasih ya Bocah!

IMG_2191

IMG_2158Mereka adalah salah satu dari anak-anak hebat yang saya kenal belakangan ini. Anak-anak dari suku Dayak yang menyambut saya dengan hangat, terbuka dan tanpa prasangka. Membuat saya berfikir ulang tentang cita-cita. Menjadi guru rupanya tetap pekerjaan yang paling membahagiakan dibanding runtutan jenis pekerjaan saya lainnya. Ah, saya ingin menjadi guru lagi rasanya, ketika masuk di suatu kampung, di mana pendidikan adalah kategori “barang mewah” untuk anak-anak.

Anak-anak ini sangat pintar menari, saya belajar dua tarian dari mereka, dan dengan beraninya mereka menari di depan puluhan orang tua pada salah satu pertemuan yang saya fasilitasi. Kalau boleh jujur, anak-anak inilah yang membuat saya begitu semangat untuk datang ke kampung yang isinya beraneka ragam konflik dan tantangannya, mengingatkan saya bahwa mungkin hal sederhana yang bisa saya lakukan untuk mereka, semoga sedikit memberikan manfaat.

Ah, Anak-anak memang selalu menjadi obat dan cara ampuh mengisi koin sosial yang mulai habis.

Sibiran : Bertanya

Gs21929864-3641-41b5-aff5-09fb49dbc687_pngHah…. Mungkin benar kata sebuah kutipan “ sometimes we make the process more complicated than we need to”. Sementara banyak peristiwa di dunia ini  adalah proses timbal balik yang sederhana. Seperti foto yang saya liat sore ini dari seorang teman di media sosial. Seorang kakek yang berjualan singkong, kemudian tertangkap kamera menangis karena jualannya tidak laku. Jujur, foto ini bertutur jauh lebih banyak, melibihi banyak nasehat yang menghujam di kognisi saya belakangan, Apa kakek ini berfikir dunia ini tidak adil bagi sosok renta sepertinya, atau bisa jadi sang kakek hanya jeda sejenak mengekpresikan puncak kelelahannya berjalan dan kemudian kembali lagi mengusahakan rezeki halal bagi perutnya. Foto kakek penjual singkong ini membuat saya merefleksikan kembali tentang apa yang sebenarnya yang saya cari?, apa yang membuat saya bertahan, atau bisakah saya berfikir lebih sederhana?”

Sumber foto : Dede Yogi Darsita