Berbagi itu sederhana…berbagi itu bersama…

Sekali lagi saya ingin mengutip ucapan Muhammad Yunus :

Saya meninggalkan pola pikir seekor burung, yang memungkinkan kita melihat segala sesuatunya jauh dari atas, dari langit, saya mulai melakukan pandangan seekor cacing, yang berusaha mengetahui apa saya yang terpapar di mata saya, mencium baunya,  menyentuhnya dan melihat apa yang bisa dilakukan (Muhammad Yunus)

Berbagi itu sederhana ya…

Seorang ibu tersenyum ramah di sekolah bawang hari ini, sapaan pertama saya adalah “ibu juga guru disini?”,  Saya berfikir bahwa ibu ini, seperti beberapa guru yang lain di sekolah bawang adalah pengajar di sekolah formal  yang menyempatkan waktunya untuk berbagi. “ bukan mbak….saya buruh cuci”, saya tertegun sesaat ketika mendengar ucapan beliau yang kemudian bercerita krnologis kehidupannya. Buruh cuci  yang memulai kehidupan baru di Kalimantan yang berstatus sarjana PG SD yang ditakdirkan Allah untuk melangkahkan kakinya ke sekolah ini. Mengajar matematika satu minggu sekali dan mau menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dari banjar baru untuk menunaikan tugasnya. Kenapa bu..saya bertanya kepada sang ibu, kenapa pada akhirnya mau mengajar di sekolah ini…” mengajar itu memang bagian dari saya mbak…dan sementara ini yang bisa saya bantu buat anak-anak ini”. 

Berbagi itu bersama…

Ada koin untuk banua dengan koinnya, ada dunia pelangi dengan taman bacaannya, ada drop your book dengan  buku dan mengajarnya, ada kardus sedekah dengan pengumpulan seragamnya, ada sahabat pulau dengan misi sahabat penanya, dan ada relawan dengan niat mensejahterakan umatnya. Berbagi itu bersama… tidak harus dimonopoli sendiri, serakah dengan pahala atau menutup diri untuk bekerja sama…. ambillah peran yang kita bisa, lakukanlah atas apa kita yang mampu, karena berbagi itu adalah bersama. Bersama memang membutuhkan kesabaran pada awalnya, tetapi akan mengasilkan yang lebih indah pada akhirnya.

Berbagi itu sederhana….

Pak Zaini berkata…” jika ingin menjadi lilin, jangan lupa terangilah dulu diri sendiri, jangan sampai lilin kita juga mati” yang bermakna bahwa teruslah berusaha menjadi hebat untuk diri sendiri agar bisa terus membantu banyak orang disekitarmu. Beliau mengatakan, beruntunglah ketika usia kita masih muda, tapi mendapatkan kesempatan belajar dan berguru kepada pengalaman, kemudian melakukan sesuatu untuk lingkungan. Dari pak Zaini saya belajar, bahkan hanya dengan nasehat yang tulus dari hati dan ekpresi berbinar yang menyemangati atau banyak pengalaman yang menginspirasi… yup itu adalah bentuk berbagi…karena berbagi itu sederhana…tidak harus jadi super hero di medan laga, atau menunggu waktu ketika bencana karena berbagi itu serderhana…apa yang kita bisa, kita bisa melakukannya.

Berbagi itu bersama..

Ketika setiap orang  punya peran masing-masing, “hari senin saya bisa ngajar”, “ rumahku kamar depannya bisa digunakan buat sortir buku dan rapat”, “ aku penyiar, jadi ntr bisa undang buat promosikan untuk cari dana”. “ sabtu minggu saya free, siap untuk ngajarin ngaji”,  “ntr saya bisa nulis di blog”, “ akhir pekan pas dibanjar, bisa aja tengokin anak-anak, “ masih tiga tahun disini, jadi siap aja bantu”, “itu cuman pembagian divisi, tapi kerjanya sama-sama”, “ nanti anak-anaknya kita latih untuk penampilan”, “ aku lagi nyari gedung yang bisa free buat perform”, “ nanti saya lobi keluarga yang bisa menumbang dana”, “ aku tranfrer uang untuk anak-anak, “ ini ada alat tulis untuk mereka, dari temen-temen komunitas kami”.  Yup….bukankah berbagi itu bersama, ketika kita mengambil bagian yang kita bisa untuk berbuat kepada sesama. Dengan bersama, hal sederhana bisa menjadi mimpi semua, dengan bersama banyak hal yang pada akhirnya tidak hanya sekedar wacana.

Berbagi itu sederhana…berbagi itu bersama…

Satu orang relawan itu sederhana..tetapi dengan banyaknya manusia yang punya misi bersama banyak masyarakat yang akan terbantu, Buku bekas itu sederana, tetapi ketika dikumpulkan bersama bisa membantu sebuah perpustakaan yang kekurangan bacaan, koin itu sederhana, tetapi ketika terus dikumpulkan, akan membuat seorang anak tidak mampu terus bersekolah, baju bekas itu sederhana, tetapi ketika di koordinir dengan baik ditahun ajaran baru akan banyak anak yang bisa menggunakannya, membalas surat pena itu sederhana, tetapi ketika didalamnya saling menasehati, kita tidak akan pernah tahu berapa jumlah anak akan termotivasi.

Jadi berbagi itu sederhana..dan berbagi itu bersama

Foot Note : Hari ini sederhana, tetapi penuh makna…dan sekali lagi, realistis bukanlah apatis dengan keadaan, tetapi melakukan yang terbaik di titik dimana kita berada…Yuk, walau sederhana, berbagilah bersama-sama…

Edisi Mengajar Pertama Di Yayasan Anak Bangsa

Edisi pertama kali mengajar di Yayasan Anak Bangsa dengan anak-anak unik berbagai rupa….

Ibu saya mau belajar matematika (haa…saya dipanggil ibu…), nanti besok ya saya bilang..hari ini kita belajar membaca dan menulis dulu….

Siapa yang belum bisa baca angkat tangan??? dua bidadari kecil yang cantik angkat tangan, namanya Gina dan Nova angkat tangan… Lalu Icha dan Dini (yang saya sering ketukar namanya) bilang, saya sudah bisa bu….yang lain aja…Wah, pengajarnya edisi kebingungan dalam sesaat. Akhirnya di menit-menit awal kita berbincang soal cita-cita… dipancing dengan pertanyaan dari seorang anak…” ibu itu sudah kerja ya…dimana?”. Ia sudah, di lembaga psikologi dan dosen nanti…saya bilang kemudian…Dosen itu apa bu kata anak lainnya….

Mulailah kami membicarakan cita-cita….yang dengan bahasa sederhana anak adalah ingin kerja menjadi apa mereka kelak.

Saya ingin menjadi guru bu,,, saya juga kata anak lainnya, saya ingin jadi polisi, saya juga… (kok jadi edisi ngekor ya), dan yang bikin saya terkekeh adalah ceplosan salah satu anak..” saya ingin jadi cerry bell bu…dan di ikuti salah satu temannya, kalau saya ingin jadi penyanginya” (wahh…wahh… cery bell harus sadar ni, tingkah dan polah mereka diidolakan sama anak yang berusia 4 tahun.

Karena anak-anak yang ingin belajar ini memiliki klasifikasi yang berbeda sementara saya hanya sendiri dan semua anak terus memanggil saya untuk diajari, jadilah kelas saya kotak-kotakan…. Saya meminta mereka berperan menjadi guru-guru baru di dalam kelas. Dalam beberapa waktu saya mempunyai guru-guru kecil di kelas mini kami yang bertmpatkan beranda depan rumah. Metode ini ternyat cukup efektif…catatan pribadi saya adalah ketika kamu bersentuhan dengan anak-anak maka janganlah menggunakan metode kaku dua arah seperti kebanyakan metode di kelas konvensional, tetapi gimana caranya anak terlibat aktif dan merasa memiliki kelas mereka sendiri…..

Weheee….anak-anak yang lain mulai berdatangan, dan celakannya kelas mereka berbeda-beda bagaimana saya mau mengajarkan hal yang sama…Usman si kelas lima saya minta mengarang indah dengan cita-cita dan hobbynya, begitu juga siganteng yang saya lupa namanya…seorang anak nyeletuk kepada saya…ibu..ibu ini sudah tua ya, kok nama ku ketukar terus (hee…edisi terus ketukar nama antara icha dan dini). Kemudian beberapa anak kelas satu saya ajak latihan menulis dengan bagus…. Si jagoan adit bilang… ibu saya mau dituliskan kata-kata disini…kemudian saya tulis, ” Saya adalah anak yang baik” adit kemudian protes… ” ibu ini terlalu sedikit…. yang panjang gitu nah…kemudian saya menambahkan dan ” dan anak yang sholeh”. Adit kemudian menantang saya..mau berapa saya tuliskan ibu…” saya bilang, sepuluh saja adit…okkk, sambil kompak dengan tangannya”…. ” ok bu, saya akan tulis sampai seratus”…heee…dan hasil akhir tulisannya ternyata hanya sampai tiga… dan adit bilang, nanti saya selesaikan di rumah bu…(hemmmm..adittt…kita lihat minggu depan isi bukumu ya), dan sayapun hanya memberikan nilai 70 kepada adit sementara teman-temannya mendapatkan nilai 100.

Ibu….aku gak bisa nulis angka 3 itu susah…ibu…ini sesak duduknya nazwa lho geser-geser…ibu…. saya sudah selesai nulis angkanya…ibu…saya ingin mengerjakan PR, ibu saya hobynya main PS, ibu…saya gak mau nulis bukunya bau….whuaaaa…satu jam lebih bersama anak-anak ini selalu diisi dengan panggilan..” ibu,,,ibu…ibu…dan ibu…” dan saya selalu tertawa dalam setiap edisinya…sampai-sampai si kecil nova bilang..ibu…kenapa ibu selalu tertawa… (haa…saya tertawa sambil bingung sebenarnya nak…membagi perhatian dengan sebegini anak yang punya kemampuan beda plus mau diajarin satu-satu)

Tapi saya sangat bahagia bisa mengajar disini…

Hah…andai kami punya uang lebih untuk memberikan banyak fasilitas untuk mereka….saya juga masih memikirkan apa yang kira-kira dibutuhkan untuk mereka…misi utama saya adalah ” bagaimana caranya bikin mereka suka baca” karena buku jendela dunia, dan buku adalah ruang untuk mendewasakan….

Ini cerita saya..dari kampung kecil di sela-sela perumahan mewah…ironisme dan paradoks kehidupan yang saya kunyah setiap harinya..