Soal pendidikan dan keluarga…:)..Proses belajar seumur hidup

Memang selalu ada yang pertama…. dan kebahagiaan hari ini adalah lewat pekerjaan ini, saya lebih banyak bisa memahami manusia….

Fase saya sekarang telah beranjak rupanya…dari hanya sekedar mendengarkan menjadi memberikan saran secara profesional berdasarkan prinsip ilmu yang saya pegang..dan saya ini, sering sekali memasukan nilai-nilai yang menurut saya benar….(edisi masih berusaha belajar untuk netral)

Pagi ini…. Klien saya adalah sebuah keluarga…Ibu, ayah, dan anak perempuan mereka…terasa aneh sekali ketika saya yang jauh lebih muda dan tidak berpengalaman ini..tiba-tiba harus menggurui bagaimana proses mendidikan anak dengan baik dan benar (hikss…. merasa tertohok dengan nasehat saya sendiri…jadi yan, karena banyaknya masalah yang berseliuran di sekitarmu…kamu harus mengambil hikmah. Dan saya merasakan, menjadi orang tua itu berat ya….

Saya membuatnya tiga sesi…

Sesi pertama bersama orang tua…mata mereka benar-benar tertuju kepada saya…banyak hal yang kemudian kami bicarakan soal anak mereka dan keseluruhan ekpektasi anak kepada orang. Hari ini saya belajar bahwa kadang kala cara khawatir orang tua terhadap anaknya tidak dimengeri secara sempurna bagi sang anak….bahkan kadang diinterpretasi berlebihan dengan “kekangan”. Kadang kala juga kasih sayang orang tua terhadap anak justru membuat anak terlalu diproteksi dan membuat mereka tidak mandiri…yang jelas…. orang tua itu punya cara sendiri untuk mengekpresikan kasih sayangnya….Saya belajar bahwa orang tua itu sebenarnya selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya walaupun dengan cara yang egois bagi sang anak..

Ini pendapat pribadi saya :

Mendidik anak itu memang seperti main layang-layang, kadang harus ditarik kadang harus diulur, kadang harus di dekap kadang juga harus dilepas. Sahabat Nabi, Ali mengatakan bahwa ” didiklah anakku sesuai dengan jamannya, bukan sesuai dengan jamanmu, karena dia hidup dijamanmu”. Jadi menjadi orang tua itu adalah proses pembelajaran seumur hidup, karena dia akan belajar bagaimana mendidik titipan dariNya dengan sebaik-baiknya (semoga suatu saat saya bisa ya Rabb). Mengarahkan anak untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya itu memang penting, tetapi yang tidak kalah amat penting adalah ” konsep keseimbangan dalam mendidik”. Tugas orang tua adalah tidak hanya membuat mereka memiliki skor dalam nilai matematika, tetapi juga memiliki nilai 10 dalam hal sosial dan moral. Untuk apa kita punya anak yang jenius luar biasa tetapi justru kemampuannya digunakan untuk mencelakakan orang lain…Konsepnya memang sederhana… tapi pada praktiknya yang luar biasa sulit makanya itu sekali lagi..menjadi orang tua adalah proses pembelajaran seumur hidup.

Sesi Kedua bersama sang anak

Saya menjelaskan kepada sang anak bahwa motivasi berprestasi dan keinginannya untuk maju sudah tidak perlu diragukan lagi…. secara kemampuan dan semua fasilitas yang dimilikinya…dia pasti bisa mencapai apapupun….hanya saja (saya memberi penenakan yang amat tegas pada aspek ini), kita hidup itu tidak sendiri…tetapi juga ada lingkungan sosial dan peran orang lain di dalam hidup. Saya menjelaskan kepadanya bahwa tugas perkembangan remaja itu tidak hanya melulu soal prestasi tetapi juga mulai membina hubungan yang baik dengan lingkungan, peka terhadap sosial, dan mulai menyakini nilai-nilai moral tertentu…jadi hidupnya seimbang. Tugas mu sekarang ada dua kata saya…pertama.. Temukan benar-benar apa yang kamu inginkan…. coba bayangkan apa yang kamu inginkan sepuluh tahun dari sekarang kemudian perlahan-lahan pribadimu akan menemukan langkah-langkah kongkrit untuk mencapainya. Dan tugasmu yang kedua…janganlah hidup sendiri walaupun kamu berada di keramaian… mulailah terbuka dengan lingkungan terutama orang-orang terdekatmu.. karena keterbukaan membuat kita saling memahami satu sama lain, dan meminimalkan prasangka…sehingga akan tumbuh kepercayaan.. Jadi orang tua pada akhirnya akan yakin sepenuhnya dengan kemampuan mu dan tidak ngatur-ngatur yang berlebihan.

Ini pendapat pribadi saya:
Anak yang hanya percaya pada kemampuannya, disatu sisi memang baik, tapi jika terlalu dan tidak terikat secara seimbang cengan lingkungan akan ada dua kemungkinan. Pertama, ketika dia berhasil di dalam hidupnya, terus berhasil seumur hidup…maka ia akan menjadi anak yang sombong dan memiliki ke akuan yang tinggi. Tapi tentu hidup pasti tidak selamanya berhasilkan…pasti ada kegagalan-kegagalan kecil atau bahkan besar yang kita alami. Anak yang cenderung lemah di sosial, ketika ia gagal akhirnya condong merasa sangat bersalah dengan dirinya dan menjadi tidak yakin dengan kemampuannya. Ia sulit untuk menerima kegagalan dan lebih lambat untuk beranjak, bahkan jika terus menerus tidak bisa menerima akan berdampak pada stres atau mungkin depresi.. Catatan yang ingin saya stabilo adalah “HIDUP itu harus seimbang”

Sesi ketiga bersama anak dan kedua orang tua

Saya mempersilahkan anak duduk di tengah di bangku panjang di ruangan kami. Catatan kecil saya adalah ayah memang cenderung dekat dengan anak perempuan dari pada ibunya. Saya hanya menyampaikan soal komunikasi yang berkualitas dan keterbukaan dari kedua belah pihak. Memahami anak sebagaimana pikirannya, dan memahami maksud orang tua sebagaimana pikiran mereka.. tidak ada prasangka dan menduga-duga sehingga saling mengekang secara tidak sadar ” dalam konteks hirarki hubungan anak dan orang tua”.  Suatu saat banyak proses dalam hidup anak akan kembali ke orang tua walaupun hanya sekedar meminta saran atau pendapat…dan keterbukaan keduanya tanpa saling menuntut akan memudahkan proses itu. Dan saya menekankan kepada mereka bertiga…. bahwa mereka ini amat beruntung…. kaya raya dan dari segi materi bisa memenuhi apapun yang bisa dibutuhkan oleh anak ” secara materi tentu saja” tinggal melungkan waktu sisi-sisi yang tidak terbayarkan dengan uang.

Ini pendapat pribadi saya:
Yang membahagiakan hati saya adalah sesi saat sang ayah membelai lembut rambut anaknya dengan senyum dan keterbukaan yang nampak dari sikap…. Sang ayah selalu percaya…bagaimanapun dan apapun pilihan anaknya…. Bertahun-tahun saya juga mencoba memahami bagaimana hubungan keluarga dan anak. Lab pertama saya adalah keluarga dimana saya berada…dan pribadi saya sekarang dengan banyak proses pencariannya berawal dari mula sederhana ” keluarga”.  Akhir-akhir ini saya belajar bahwa memahami orang lain tanpa ekpektasi…dan mendudukan mereka ” hanya sebagai manusia” akan membuat kita jauh lebih terbuka dengan orang lain, jauh lebih bisa menerima keunikan masing-masing, dan lebih bisa ingin berbuat banyak untuk kebaikan orang lain tanpa harapan yang berlebihan. Kadang-kadang ini yang kita lupakan dari hubungan orang tua dan anak.. hubungan itu terlanjur dikatakan sebagai ” hirarki” yang berarti ada jenjang yang akhirnya membuat semakin terpisah.. Prinsip saling menghormati, menyayangi, toleransi dan nilai-nilai positif lain bukankan berlaku secara universal…lalu kenapa dalam hubungan kita harus selalu menonjolkan hirarki ..dengan penekanan ” aku adalah orang tuamu, dan kamu itu anakku”. Hirarki memang dibutuhkan pada kondisi-kondisi tertentu tetapi jika dalam keseharian terus diterapkan…wajar saja ada anak-anak yang terpisah jauh dari orang tua walaupun berdekatan….

Dan mendidik anak itu memang membutuhkan ilmu yang banyak….jadi sekali lagi menjadi orang tua adalah proses belajar seumur hidup.

Hahh….lega sekali di sabtu yang ceria dan hectic hingga tulisan ini menjadi bersambung… tapi sangat menikmati setiap detik yang dihabiskan dengan manfaat….

Jadi yanti…ketika kita ditempatkan dalam suatu peristiwa…pasti adalah takdirNya untuk membuat kita belajar….

Alhamdulillah..atas apapun

Tes Binet…. Setalah 6 tahun

Jadi, hari ini saya melakukan tes kecerdasan yang dibuat oleh Binet lebih dari satu abad yang lalu sepertinya… yang terus saya pertanyakan…ini beneran bisa ngukur ya…ha, sebagai orang yang agak dong psikometri, saya kadang-kadang terus protes. Apalagi jika orang tua atau pihak sekolah kemudian mengatas namakan tes sebagai judgment masa depan.. (Ih.. Allah aja gak gitu ya…semuakan berdasarkan usaha).  Saya lebih suka tes kecerdasan sebagai penelusur potensi untuk perlakukan kepada anak agar menjadi lebih baik… tidak sama dengan  “ anak menjadi sakit ketika IQ anjlok kan”, karena bisa jadi sayanya yang bego sebagai tester, anaknya yang lagi lapar pas tes, atau ruangan yang terlalu rame saat pengetesan..so, its no the final destinion for our child ok J.

6 tahun yang lalu ketika masih berstatus mahasiswa dan menjalani praktikum pertama di lab, saya sangat berharap bahwa anak yang saya bawa ke lab untuk di tes bisa celling dengan segera, maksudnya segera tidak bisa menjawab pertanyaan yang saya ajukan sehingga tes segera berakhir, dan penyiksaan tatapan asisten lab segera berakhir. Tetapi hari ini, saya sangat berharap anak yang saya tes ini terus bisa menjawab bahkan hingga umur terakhir walaupun saya sadar anak ini memang memiliki kemampuan terbatas dalam menyelesaikan sesuatu. Mungkin kalau di Lab, saya sudah kena pinalti banyak dari asisten lab karena improvisasi yang saya lakukan untuk membuat anak ini bisa menjawab semaksimal mungkin, tapi jujur, saya yang ngetes sebenarnya tidak terlalu siap dengan skor yang saya berikan nanti…apalagi, jika nama dan tandatangan terang sebagai pemeriksa tercantum jelas di sertfikat nanti…itu tandanya saya menjadi bagian dari pendefinisian anak ini di jejak episode kehidupannya.

Saya sebenarnya bisa memberitahukan kepada sang ibu bagaimana hasil tes hari ini langsung (hiksss..gak tega), yang dengan semangat 45 harap-harap cemas dengan hasil tes sang anak… yang sebenarnya sudah merasa ada yang salah dengan sang anak, yang sebenarnya mungkin akan tidak mengenakkan sebagai berita mengingat ia baru saja kehilangan si bungsu akibat leukimia, yang masih percaya bahwa walaupun dia susah berkonsentrasi tetapi suka bertanya dan semangat ingin tahu… dan saya kemudian lebih memilih mengatakan hari sabtu untuk sang ibu datang kembali… sambil mengambil hasil laporan akhir kemudian kami akan berbincang-bincang mengenai hasil tes.  (Edisi tester lagi terintimidasi sama hasil dan mencari cara untuk mengkomunikasikannya dengan baik).

Edisi mengambang saya kepada sang ibu mengatakan bahwa entah tinggi, sedang ataupun rendah hasil IQ anak, dalam proses perkembangannya tetap harus di dampingi, tinggal bagaimana mengatur porsinya saja…dan positifnya, sang ibu juga bisa terus belajar dari pertanyaan-pertanyaan sang anak, jadi walaupun hanya edisi ibu rumah tangga yang namanya ilmu itu wajib karena rumah adalah sekolah pertama kehidupan anak bukan.

Jadi hemat saya, IQ bukan akhir segalanya, amat banyak contoh kongkrit kehidupan yang membuktikannya, kemudian hari ini dengan amat dahsyat saya belajar bahwa setiap anak itu unik, dan saya menemukan diri sendiri bahwa saya mencintai dunia mereka.

Tentunyakan Ya Rabb… peristiwa yang engkau hadirkan di hidupku….buat aku belajarkan…untuk diambil hikmahkan..termasuk perilaku anak dengan keterbatasannya…semoga semuanya baik-baik saja

Alhamdulillah…semoga apapun episodenya, selalu bisa memaknai detik yang kau berikan

MencintaiMu…

9 April 2012

Life Mapping…


Sms seorang sahabat saya membuat saya tersenyum di sela-sela panasnya siang hari kemaren. “Kami lagi ngencengin aplikasi map mapping kami dalam tiga bulan ini, saling mendoakan ya… “ dan tiba-tiba saya terdasar betapa soporadinya waktu itu ya…pikiran saya kemudian berkelana kepada sahabat saya ini…yang sudah mengajarkan saya banyak hal termasuk bagaimana cara mengatur waktu, saya tidak bertanya tetapi hanya memperhatikan polah tingkahnya selama beberapa tahun saya mengenalnya. Cepat sekali dia beranjak ketika selesai urusan, dan kadang kala ada kalanya kami benar-benar menikmati waktu dan berbicara berjam-jam baik di telfon ataupun janjian sambil menyuguh es, makan siang, atau apapun..Saya belajar darinya bahwa fokus itu tidak hanya satu, tetapi pada waktu kita berada di detik itu dengan tanggung jawab ataupun persitiwa yang kita hadapi, disanalah kita, tidak hanya diri tetapi juga hati dan fikirian… jadi intinya secara tidak langsung dia mengajarkan saya bahwa ketika saya bersamanya, maka diri, fikiran, dan hati saya harus juga bersamanya…tidak melanglah buana… ditambah dengan guru-guru lain dalam segala rupa yang mengajarkan saya, akhirnya detik ini bisa mengatakan “ mari kita nikmati setiap detik yang sangat berarti, bukan hanya menikmati tetapi juga memaknai”.  Bahkan detik-detik saya menuliskan ini, sekedar ingin meluangkan isi jiwa yang agak penuh dengan berbagai cerita yang semoga selalu saya bisa ambil hikmahnya. Balik lagi kepada life mapping tadi… sejujurnya kalau boleh sangat jujur… (haa), saya sesungguhnya tidak punya dengan serius yang namanya life maping itu. Dulu sabahat saya ini pernah memfotokopykan bukunya bu marwah daud soal yang isinya seputaran mapping hidup, tapi bukan salah satu buku favorite saya, saya hanya sekedar membacanya dan saya juga tidak menerapkannya dalam bentuk langkah-langkah kongkrit. Hemm…sepertinya saya memang harus lebih belajar tertata lagi soal mapping ini ya…maksudnya secara kongkrit langkah apa saja yang harus saya lakukan. Atau paling tidak mencari formulasi yang sederhana untuk saya yang agak malas mikir ribet ini biar life maping itu secara singkat dan praktis dapat terlaksana.

Secara teori yang saya baca, life mapping dimulai dengan tujuan akhir… Kemudian saya pikir-pikir, saya ingin ingin hidup bermanfaat dengan ilmu… itu life mapping tertinggi saya sebagai manusia yang ujung-ujungnya adalah jalan buat dapat ridha Allah (wahh…ini yang abot tenan). Katanya Covey memang kita harus mulai hasil akhir, seperti ingin menjadi apa kita di usia 40 tahun… Ya semacam yang diajarkan di beberapa pendekatan psikologi positive dengan jenis pembayangan mental, mengarahkan perilaku kepada tujuan, reward dan punisment pada diri dan teori-teori sejenis lainnya. Well, tapi entah kenapa ya…bertahun-tahun saya belajar psikologi selalu saja ada rongga yang kosong dari tuturan pakar itu…dan saya ingin terus mencarinya apa….dan akhir-akhir ini saya menemukan konsep yang namanya takdir… yang tidak akan diketahui manusia hingga kemudian sudah lewat atau sedang di jalani… dan tugas kita yo iktiar sedahsyat-dahsyatnya…. Sisanyanya kalau logiknyanya Caknun mah…serahin saja sama Rabbmu.. Inilah mungkin yang dimaksud Baginda Nabi Muhammad soal beribadahlah seolah engkau akan mati besok, dan kerjarlah dunia seolah engkau hidup selamanya… The point yang meresap dalam jiwa sekarang adalah “ apapun…selalu lakukanlah yang terbaik”. Wehh…ini tambah susah buat didefinisikan sebenarnya…lalu sampai mana batas yang terbaik itu…???. Teman saya yang lain memberikan logika sederhana… yo mpek batas sepol-polnyalah mbak…misalnya kalau lagi menuntut ilmu yo jangan ngantuk, dengerin tu dosen baik-baik, tugasnya jangan lupa, ingat juga dong sebaik-baiknya ilmu itu ya diamalkan…dan amal akan sia-sia kalau gak iklas (jlebbb…iklas itu ujung pangkal segalanya lhooo). Nah, jadi teringat kemudian soal Dahlan Iskan soal konsep perubahannya yang versi tauhid… katanya esensi tauhid itu salah satunya adalah fokus, satu…. Yang saya interpretasikan adalah ketika berada di titik itu, ya fokus dan selesaikanlah apa yang di detik itu…gak usah bercabang, gak usah pindah kelain hati dulu…nanti pasti ada detiklainnya untuk mengurusi yang lainnyakan…dan saya jadi tersindir soal sholat…jadi yanti…masa menyempatkan lima sampai sepuluh menit untuk laporan padaNya harus kamu sertakan episde-episode dunia si…..

Kembali ke life mapping tadi…menurut saya kalau ingin list to do of life ini berhasil, isinya harus melibatkan yang namanya cinta… Jadi ingat Mery Riana yang bilang, kita harus jatuh cinta dengan sangat keras untuk mewujudkannya…jadi persepsi yang saya terima dengan batin ini adalah atas semua life mapping yang sudah dirumuskan, kita harus benar-benar jatuh cinta untuk bisa mewujudkannya, tidak hanya sekumpulan list tanggal, jadwal dan langkah taktis untuk melakukannya… Emm, mungkin seperti begitu jatuh cinta dengan dunia pelangi sampai bahkan menyampul buku saya juga amat menikmati bahkan mendengar cerita dari jauhpun saya bahagia, seperti saya sebegitu jatuh cintanya sama buku sampai-sampai pikiran pertama saat saya punya rejeki adalah buku dan saya juga ingin suatu saat punya buku sendiri atau punya komunitas literasi yang di dalamnya bisa saling berbagi ilmu, seperti saya begitu terpesonanya sama anak dan mereka yang termarginalkan dengan pendidikan sampai tidak dibayarpun saya rela buat ngajar yang berujung mimpi saya ingin punya sekolah yang humanis dan religius dengan damai dan tenang (haaa….ngayal.com ini), atau seperti saya amat suka menulis sampai satu hari tidak menorehkan kata serasa ada yang hampa dan saya sudah peduli pendapat orang yang membaca, yang jelas saya hanya akan ngepost yang baik-baik kok (edisi tak peduli dengan tata bahasa atau keindahan suku kata).

Jadi makanya saya bilang saya tidak terlalu punya life mapping versinya bu marwah yang bisa dirancang dalam harian, minggu, bulan atau tahun… mungkin karena saya tidak terlalu punya banyak mau juga si…kalaupun punya banyak maunya biasanya setipe dan itu adalah turunan dari kecintaan saya yang utama.. (ada yang salah gak ya dengan pikiran saya ini). Lalu kalau ada teman saya yang bilang saya adalah seorang pemimpi, saya rasa lebih tepatnya adalah saya terlanjur jatuh cinta saja terhadap aktivitas atau wujud keinginan yang ingin saya jalani dimasa depan. Seperti sekarang…. Saya terlalu amat jatuh cinta kepada Allah dan misteri-misteri hidup yang diberikan kepada manusia yang begitu luar biasa…. Yang maknanya adalah saya yang bukan siapa-siapa ini, hanya ingin berusaha dalam segenap aktivitas di beri ridho olehNya.

Alhamdulillah…

Jadi sebenarnya, saya tidak tau apakah tulisan ini nyambung atau tidak….

So yanti…apapun episodenya, yuks terus maknai detik-detik yang sangat berarti yaa

Dialog Mencari Makna (2: Menikmati Detik)

Ketika Ucapan Berusaha dirasakan dengan Jiwa….

Murid:
Guru… Bukankah setiap detik itu sangat berarti, kenapa harus seperti itu?

Guru
Benar anakku, setiap detik itu sangat berarti…jadi tidak hanya sekedar dinikmati tetapi cobalah untuk dimaknai. Anakku, kita tidak akan pernah tau batas waktu yang diberikan olehNya kepada kita…Camkanlah ini…hidup itu hari ini, ketika engkau berada di pagi hari, jangan mengharap sore hari, ketika engkau berada di sore hari, jangan berharap berada di malam hari. Manfaatkanlah semua kesempatan yang diberikanNya kepadamu… karena sekali lagi… salah satu rahasia terbesarNya adalah sisa detik yang dimiliki oleh manusia.

Murid :
Guru… lalu berdampak apa sebenarnya kesadaran ini?

Guru:
Taukah muridku, jika waktu mu tinggal hari ini, apa yang akan engkau lakukan…. Tentu Engkau akan berusaha memberikan sholat terkhusyuk dalam hidupmu, berbuat yang terbaik kepada sesamamu, meminta dan memberi maaf terhangatmu, bertindak dengan tulus di dalam hidupmu atau menyebarkan semangat terhebat dalam sisa detikmu. Apakah kamu mau sisa detikmu kamu manfaatkan dengan kedengkian hati, rasa marah, kecewa, atau menyakiti sesama….Tentu tidak…fitrah dalam dirimu akan mengarahkan kepada tindakan universal untuk berbuat baik dan denkat dengan Rabbmu. Itu JanjiNya Anakku, manusia pada dasarnya dilahirkan dengan kemuliaan dan rasa ingin selalu dekat denganNya.

Murid:
Bahkan detik-detik terberat di dalam hidup kita  guru…?

Guru
Anakku…. itulah hidup, kadang engkau akan merasa dunia dan seisinya sedang berpihak kepadamu, engkau merasa bahagia dan hidupmu lengkap. Tapi suatu ketika engkau juga akan berada pada masa dimana engkau sangat terpuruk, sedih, dan tidak tahu harus berbuat apa-apa. Hidup tidak selamanya gembira, kadang kala kita juga akan sedih, kecewa atau marah. Dan detik dimana engkau merasa kecewa itu mungkin adalah detik terberat di dalam hidupmu. Bukankah sama saja anakku, ketika sebuah peristiwa sudah ditetapkan dan terjadi..tidak ada pilihan lain selain engkau menerimanya…hanya saja dengan cara apa pada akhirnya engkau meresapi… berusaha memaknai detik-detik itu, atau terus marah dengan keadaan.

Murid:
Itu berarti, apakah aku harus menerima saja apapun yang diberikan olehnya, tanpa terkecuali

Guru
Mari kita luruskan terlebih dahulu anakku, Kita tidak akan pernah tahu bagaimana akhirnya takdir sampai kita melewatinya. Menikmati setiap detik bukan berarti engkau berhenti di satu titik kemudian pasrah saja menerima yang akan terjadi kepadamu…ingatlah, ada hal-hal di dalam hidup ini yang takdirnya tertulis atas dasar usaha, kesungguhan, cita-cita, dan rencana… Yah, anakku…Teruslah berencana, bermimpi, dan bergerak pelan-pelan, dengan sergap, atau kadang tanpa jeda… tetapi bagaimanapun proses bergerak mu… tetaplah selalu ada syukur dan sabar di dalamnya…dan ingatlah, setiap detik yang DIa berikan kepadaMu tidak akan pernah terulang lagi…jadi anakku, Manfaatkanlah dengan baik

Dan PR tersisa adalah bagaimana menerapkannya… dengan keberanian untuk terus bisa mengusahakannya walaupun berbagi warna di dalamnya

Dialog Mencari Makna (1: Hidup Soal Titipan)

Suatu dialog di penghujung malam

Murid :
“Segala sesuatu ini bukannya titipan ya guru, kenapa begitu susah untuk memakluminya”

Guru :
Muridku, segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah titipan. Itu berarti semua titipan itu ada masanya, ada waktunya, yang berarti juga tidak selamanya engkau miliki. Begitulah kamu seharusnya bersikap anakku… belajarlah untuk menjaga dengan baik titipan itu, sayangilah titipan-titipan itu, hingga suatu saat ketika DIA mengambil titipanNya, akan terlihat indah dan baik, akan serasa lebih melegakan dan sempurna…karena engkau sudah berbuat yang terbaik untuk menjaganya

Murid :
Bahkan setiap rasa ini juga titipan guru?

Guru:
Betul anakku, rasa senang, sedih, marah, kecewa, adalah titipan dariNya…Makanya anakku, sandarkanlah segala rasa itu kepada Allah…

Anakku, jika engkau jatuh cinta… ingatlah bahwa segala sumber kebaikan atas bunga-bunga cinta itu berasal dari mana… jika engkau begitu terpesona dengan dirinya…lalu bukankah engkau harusnya jauh lebih terpesona kepada penciptanya dan mempersembahkan yang lebih indah untukNya. Kemudian jika engkau amat bahagia dengan banyak hal yang engkau dapat di dunia ini, ingatlah juga kepada yang maha pemberi

Anakku, kadang dalam hidupmu, engkau juga akan merasa sangat kecewa dan sedih..bahkan rasa itupun adalah titipan dariNya untukmu anakku. DIA ingin melihat sejauh mana engkau terus percaya kepada takdirnya. DIA ingin melihat seberapa banyak kamu belajar dari rasa itu anakku, dan DIA ingin tahu seberapa jauh rasa syukur dan sabarmu. Kamu mungkin tidak mengerti kenapa takdir ini diberikan kepadamu, sejenak mungkin kamu akan merasa sangat tidak adil dan tidak tau harus bagaimana…. tapi Sungguh, DIA itu maha tau anakku, mungkin sekarang engkau belum memahami kenapa banyak peristiwa menimpa hidupmu, tapi percayalah.. Dia Maha teliti dan Maha mengetahui.

Murid:
Apa yang engkau sarankan kepadaku guru… Agar Aku bisa lebih cepat mengerti dan memahami

Guru:
Iklas, Di dunia ini, tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa ijinNya..jadi ketika DIA memberikan sesuatu entah siapa atau apa…percayalah, pasti ada maksudnya. Lepaskan hatimu anakku…bukalah ruang yang ada di jiwamu, teruslah bergerak walaupun engkau belum mengerti maksudnya. Pelan-pelan saja memahami, tidak usah terburu untuk meresapi. Percayalah Dia akan memberimu jawaban, yakinlah dia tidak hanya akan menyembuhkan tetapi memberikan banyak hal indah kepadaMu…Yang harus kau tanamkan di dalam hatimu adalah “Percaya” dan sandarkanlah segala sesuatu kepadaNya.

Ingatlah sekali lagi…semua yang ada di dunia ini hanyalah titipan yang suatu saat akan diambil oleh yang punya… pilihanmulah mengembalikannya dengan cara apa….

Diam menyelimuti malam yang tenang