Tes Binet…. Setalah 6 tahun

Jadi, hari ini saya melakukan tes kecerdasan yang dibuat oleh Binet lebih dari satu abad yang lalu sepertinya… yang terus saya pertanyakan…ini beneran bisa ngukur ya…ha, sebagai orang yang agak dong psikometri, saya kadang-kadang terus protes. Apalagi jika orang tua atau pihak sekolah kemudian mengatas namakan tes sebagai judgment masa depan.. (Ih.. Allah aja gak gitu ya…semuakan berdasarkan usaha).  Saya lebih suka tes kecerdasan sebagai penelusur potensi untuk perlakukan kepada anak agar menjadi lebih baik… tidak sama dengan  “ anak menjadi sakit ketika IQ anjlok kan”, karena bisa jadi sayanya yang bego sebagai tester, anaknya yang lagi lapar pas tes, atau ruangan yang terlalu rame saat pengetesan..so, its no the final destinion for our child ok J.

6 tahun yang lalu ketika masih berstatus mahasiswa dan menjalani praktikum pertama di lab, saya sangat berharap bahwa anak yang saya bawa ke lab untuk di tes bisa celling dengan segera, maksudnya segera tidak bisa menjawab pertanyaan yang saya ajukan sehingga tes segera berakhir, dan penyiksaan tatapan asisten lab segera berakhir. Tetapi hari ini, saya sangat berharap anak yang saya tes ini terus bisa menjawab bahkan hingga umur terakhir walaupun saya sadar anak ini memang memiliki kemampuan terbatas dalam menyelesaikan sesuatu. Mungkin kalau di Lab, saya sudah kena pinalti banyak dari asisten lab karena improvisasi yang saya lakukan untuk membuat anak ini bisa menjawab semaksimal mungkin, tapi jujur, saya yang ngetes sebenarnya tidak terlalu siap dengan skor yang saya berikan nanti…apalagi, jika nama dan tandatangan terang sebagai pemeriksa tercantum jelas di sertfikat nanti…itu tandanya saya menjadi bagian dari pendefinisian anak ini di jejak episode kehidupannya.

Saya sebenarnya bisa memberitahukan kepada sang ibu bagaimana hasil tes hari ini langsung (hiksss..gak tega), yang dengan semangat 45 harap-harap cemas dengan hasil tes sang anak… yang sebenarnya sudah merasa ada yang salah dengan sang anak, yang sebenarnya mungkin akan tidak mengenakkan sebagai berita mengingat ia baru saja kehilangan si bungsu akibat leukimia, yang masih percaya bahwa walaupun dia susah berkonsentrasi tetapi suka bertanya dan semangat ingin tahu… dan saya kemudian lebih memilih mengatakan hari sabtu untuk sang ibu datang kembali… sambil mengambil hasil laporan akhir kemudian kami akan berbincang-bincang mengenai hasil tes.  (Edisi tester lagi terintimidasi sama hasil dan mencari cara untuk mengkomunikasikannya dengan baik).

Edisi mengambang saya kepada sang ibu mengatakan bahwa entah tinggi, sedang ataupun rendah hasil IQ anak, dalam proses perkembangannya tetap harus di dampingi, tinggal bagaimana mengatur porsinya saja…dan positifnya, sang ibu juga bisa terus belajar dari pertanyaan-pertanyaan sang anak, jadi walaupun hanya edisi ibu rumah tangga yang namanya ilmu itu wajib karena rumah adalah sekolah pertama kehidupan anak bukan.

Jadi hemat saya, IQ bukan akhir segalanya, amat banyak contoh kongkrit kehidupan yang membuktikannya, kemudian hari ini dengan amat dahsyat saya belajar bahwa setiap anak itu unik, dan saya menemukan diri sendiri bahwa saya mencintai dunia mereka.

Tentunyakan Ya Rabb… peristiwa yang engkau hadirkan di hidupku….buat aku belajarkan…untuk diambil hikmahkan..termasuk perilaku anak dengan keterbatasannya…semoga semuanya baik-baik saja

Alhamdulillah…semoga apapun episodenya, selalu bisa memaknai detik yang kau berikan

MencintaiMu…

9 April 2012

Life Mapping…


Sms seorang sahabat saya membuat saya tersenyum di sela-sela panasnya siang hari kemaren. “Kami lagi ngencengin aplikasi map mapping kami dalam tiga bulan ini, saling mendoakan ya… “ dan tiba-tiba saya terdasar betapa soporadinya waktu itu ya…pikiran saya kemudian berkelana kepada sahabat saya ini…yang sudah mengajarkan saya banyak hal termasuk bagaimana cara mengatur waktu, saya tidak bertanya tetapi hanya memperhatikan polah tingkahnya selama beberapa tahun saya mengenalnya. Cepat sekali dia beranjak ketika selesai urusan, dan kadang kala ada kalanya kami benar-benar menikmati waktu dan berbicara berjam-jam baik di telfon ataupun janjian sambil menyuguh es, makan siang, atau apapun..Saya belajar darinya bahwa fokus itu tidak hanya satu, tetapi pada waktu kita berada di detik itu dengan tanggung jawab ataupun persitiwa yang kita hadapi, disanalah kita, tidak hanya diri tetapi juga hati dan fikirian… jadi intinya secara tidak langsung dia mengajarkan saya bahwa ketika saya bersamanya, maka diri, fikiran, dan hati saya harus juga bersamanya…tidak melanglah buana… ditambah dengan guru-guru lain dalam segala rupa yang mengajarkan saya, akhirnya detik ini bisa mengatakan “ mari kita nikmati setiap detik yang sangat berarti, bukan hanya menikmati tetapi juga memaknai”.  Bahkan detik-detik saya menuliskan ini, sekedar ingin meluangkan isi jiwa yang agak penuh dengan berbagai cerita yang semoga selalu saya bisa ambil hikmahnya. Balik lagi kepada life mapping tadi… sejujurnya kalau boleh sangat jujur… (haa), saya sesungguhnya tidak punya dengan serius yang namanya life maping itu. Dulu sabahat saya ini pernah memfotokopykan bukunya bu marwah daud soal yang isinya seputaran mapping hidup, tapi bukan salah satu buku favorite saya, saya hanya sekedar membacanya dan saya juga tidak menerapkannya dalam bentuk langkah-langkah kongkrit. Hemm…sepertinya saya memang harus lebih belajar tertata lagi soal mapping ini ya…maksudnya secara kongkrit langkah apa saja yang harus saya lakukan. Atau paling tidak mencari formulasi yang sederhana untuk saya yang agak malas mikir ribet ini biar life maping itu secara singkat dan praktis dapat terlaksana.

Secara teori yang saya baca, life mapping dimulai dengan tujuan akhir… Kemudian saya pikir-pikir, saya ingin ingin hidup bermanfaat dengan ilmu… itu life mapping tertinggi saya sebagai manusia yang ujung-ujungnya adalah jalan buat dapat ridha Allah (wahh…ini yang abot tenan). Katanya Covey memang kita harus mulai hasil akhir, seperti ingin menjadi apa kita di usia 40 tahun… Ya semacam yang diajarkan di beberapa pendekatan psikologi positive dengan jenis pembayangan mental, mengarahkan perilaku kepada tujuan, reward dan punisment pada diri dan teori-teori sejenis lainnya. Well, tapi entah kenapa ya…bertahun-tahun saya belajar psikologi selalu saja ada rongga yang kosong dari tuturan pakar itu…dan saya ingin terus mencarinya apa….dan akhir-akhir ini saya menemukan konsep yang namanya takdir… yang tidak akan diketahui manusia hingga kemudian sudah lewat atau sedang di jalani… dan tugas kita yo iktiar sedahsyat-dahsyatnya…. Sisanyanya kalau logiknyanya Caknun mah…serahin saja sama Rabbmu.. Inilah mungkin yang dimaksud Baginda Nabi Muhammad soal beribadahlah seolah engkau akan mati besok, dan kerjarlah dunia seolah engkau hidup selamanya… The point yang meresap dalam jiwa sekarang adalah “ apapun…selalu lakukanlah yang terbaik”. Wehh…ini tambah susah buat didefinisikan sebenarnya…lalu sampai mana batas yang terbaik itu…???. Teman saya yang lain memberikan logika sederhana… yo mpek batas sepol-polnyalah mbak…misalnya kalau lagi menuntut ilmu yo jangan ngantuk, dengerin tu dosen baik-baik, tugasnya jangan lupa, ingat juga dong sebaik-baiknya ilmu itu ya diamalkan…dan amal akan sia-sia kalau gak iklas (jlebbb…iklas itu ujung pangkal segalanya lhooo). Nah, jadi teringat kemudian soal Dahlan Iskan soal konsep perubahannya yang versi tauhid… katanya esensi tauhid itu salah satunya adalah fokus, satu…. Yang saya interpretasikan adalah ketika berada di titik itu, ya fokus dan selesaikanlah apa yang di detik itu…gak usah bercabang, gak usah pindah kelain hati dulu…nanti pasti ada detiklainnya untuk mengurusi yang lainnyakan…dan saya jadi tersindir soal sholat…jadi yanti…masa menyempatkan lima sampai sepuluh menit untuk laporan padaNya harus kamu sertakan episde-episode dunia si…..

Kembali ke life mapping tadi…menurut saya kalau ingin list to do of life ini berhasil, isinya harus melibatkan yang namanya cinta… Jadi ingat Mery Riana yang bilang, kita harus jatuh cinta dengan sangat keras untuk mewujudkannya…jadi persepsi yang saya terima dengan batin ini adalah atas semua life mapping yang sudah dirumuskan, kita harus benar-benar jatuh cinta untuk bisa mewujudkannya, tidak hanya sekumpulan list tanggal, jadwal dan langkah taktis untuk melakukannya… Emm, mungkin seperti begitu jatuh cinta dengan dunia pelangi sampai bahkan menyampul buku saya juga amat menikmati bahkan mendengar cerita dari jauhpun saya bahagia, seperti saya sebegitu jatuh cintanya sama buku sampai-sampai pikiran pertama saat saya punya rejeki adalah buku dan saya juga ingin suatu saat punya buku sendiri atau punya komunitas literasi yang di dalamnya bisa saling berbagi ilmu, seperti saya begitu terpesonanya sama anak dan mereka yang termarginalkan dengan pendidikan sampai tidak dibayarpun saya rela buat ngajar yang berujung mimpi saya ingin punya sekolah yang humanis dan religius dengan damai dan tenang (haaa….ngayal.com ini), atau seperti saya amat suka menulis sampai satu hari tidak menorehkan kata serasa ada yang hampa dan saya sudah peduli pendapat orang yang membaca, yang jelas saya hanya akan ngepost yang baik-baik kok (edisi tak peduli dengan tata bahasa atau keindahan suku kata).

Jadi makanya saya bilang saya tidak terlalu punya life mapping versinya bu marwah yang bisa dirancang dalam harian, minggu, bulan atau tahun… mungkin karena saya tidak terlalu punya banyak mau juga si…kalaupun punya banyak maunya biasanya setipe dan itu adalah turunan dari kecintaan saya yang utama.. (ada yang salah gak ya dengan pikiran saya ini). Lalu kalau ada teman saya yang bilang saya adalah seorang pemimpi, saya rasa lebih tepatnya adalah saya terlanjur jatuh cinta saja terhadap aktivitas atau wujud keinginan yang ingin saya jalani dimasa depan. Seperti sekarang…. Saya terlalu amat jatuh cinta kepada Allah dan misteri-misteri hidup yang diberikan kepada manusia yang begitu luar biasa…. Yang maknanya adalah saya yang bukan siapa-siapa ini, hanya ingin berusaha dalam segenap aktivitas di beri ridho olehNya.

Alhamdulillah…

Jadi sebenarnya, saya tidak tau apakah tulisan ini nyambung atau tidak….

So yanti…apapun episodenya, yuks terus maknai detik-detik yang sangat berarti yaa