Melihat Kembali (Mengabadikan Cerita)

Di Bakiriang bersama anak-anak belajar burung Maleo

Di Bakiriang bersama anak-anak belajar burung Maleo

            Akhirnya aku punya kesempatan lagi untuk melihat tayangan Lentera Indonesia tentang Desa Moilong dan anak-anakku. Pada tayangan perdana, aku memang menontonya. Hanya saja, aku terlalu sibuk dengan respon anak-anak sehingga banyak hal yang terlewat olehku. Bagaimana perasaanku? Well, rupa-rupa tidak berdefinisi…melihat rupa anak-anak yang begitu bersemangat…mata berbianar dan tantangan perilaku…Ada harapan di sana…Ketika anak-anakku terus belajar dan berproses.

Mendokumentasikan suasana kelas empat

Mendokumentasikan suasana kelas empat

wp_ss_20140704_0060

Sore hari yang menyenangkan dengan berdongeng

Terlepas dari kesalahanku menulis bagi dengan akar, yang mungkin akan terus dicaci oleh Masyhur dan Aul, dengan bumbu tambahan dari Masyhur tentang tidak kamera face… Paling tidak nilai-nilai yang berusaha kuperjuangkan di dalam tayangan ini, secara umum dapat tergambar. Aku kemudian benar-benar menyadari pentingnya menulis… karena beberapa hal di tayangan itu, terpapar dari tulisanku… betapa pentingnya mengkomunikasikan, karena komunikasi membuat orang akhirnya tidak meraba-raba.

Bingkisan untuk Nenek Aji yang sekian lama mengabdi

Bingkisan untuk Nenek Aji yang sekian lama mengabdi

            Aku menarik nafas panjang ketika melihat sosok nenek Aji, nenek yang selama ini amat menyayangiku. Puluhan tahun perjuangannya mengajarkan ayat demi ayat kepada anak-anak, sebenar-benar ketulusan itulah Nenek Aji yang mengajar tanpa dibayar sepeserpun. Aku mengamati sosok Pak Lis yang berkata“ melalui olah raga ini, saya dan anak-anak bisa sama-sama sholat di mesjid, Alhamdulillah banyak anak-anak yang sekarang sholat di mesjid. Itu tujuan utama saya”. Oh Tuhan, dibalik langkah dan perilaku orang-orang ini, ada tujuan kemuliaan di baliknya.

Berceloteh Cita-cita di kelas enam

Berceloteh Cita-cita di kelas enam

           

Perjalanan ke Bakiriang

Perjalanan ke Bakiriang

“Enci…. kemaren kitorang menonton tayangan di TV…. itu jadi kenangan anak-anak sama enci e..”, ucap seorang ibu kepadaku. Sejenak aku terdiam mendengar ucapan sang ibu…kenang-kenangan. Yah, itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan rasa ini. Aku dan anak-anak punya kenangan bersama yang bisa kami nikmati kapanku kami mau… bahwa kami pernah sama-sama berproses, bahwa ada harapan besar untuk mereka dimasa depannya. Bahwa guru mereka ini sangat ingin mereka memiliki nilai-nilai hidup yang baik disamping prestasi, bahwa di desa mereka sendiri sebenarnya banyak orang yang punya ketulusan terhadap berbagi, dan hingga aku menjadi kakek nenek kelak…kengangan akan desa Moilong terus akan lekat dalam hati dan ingatanku.

Mengabadikan Proses menjadi guru

Mengabadikan Proses menjadi guru

Tayangan hampir lima puluh menit ini, menggambarkan bagaimana aku sendiri berproses di dalam hidupku. Nilai-nilai apa saja yang ingin kuperjuangkan di dalam hidupku, dan hal-hal esensi apa yang ingin terus kupertahankan. Tayangan yang akan menjadi pengingat kecintaanku berbagi dan betapa bahagianya aku di masa itu. Penampar ketika aku lelah dalam hidup, bahwa kita harus terus bergerak dan bermanfaat untuk sesama.

NB : katarsis emosi habis ngerjain Dapodik….

Tinggalkan komentar