Sibiran 2 : Lupa

Alia bersikeras kepada Encinya bahwa dia sudah mencari buku tabungannya yang hilang. “coba Alia cari dulu di rumah, mungkin di kamar, mungkin di tas”, ucap Encinya kepadanya di kelas. Sialnya, ternyata Encinyalah yang salah, buku tabungan Alia terselip di antara berbagai macam tugas anak-anak yang menumpuk. “Alia…Enci minta maaf, buku tabungan Alia ternyata ada pada Enci”, ucap Enci Alia besoknya. Alia dengan wajah cemberut kemudian berlalu begitu saja.

Bagi Alia, bukan masalah Encinya tidak percaya kepadanya, tetapi dia begitu kesal karena Encinya sudah melupakan buku tabungannya. Alia belum bisa membayangkan jika Encinya mempunyai banyak tugas yang harus diselesaikan setiap harinya, harus membagi peran antara menjadi seorang guru, seorang kakak, adik, dan anak dari orang tuanya. Kenapa orang dewasa selalu seperti itu, melupakan hal-hal yang dianggap penting oleh anak kecil. Bagi Alia buku tabungan itu sangat penting karena untuk pertama kali dalam hidupnya ia belajar menabung. Menyisihkan uang yang didapat dari menjemur coklat, pemberian nenek atau tidak menghabiskan uang jajannya di sekolah. Ia ingin membeli cat air untuk menggambar di kelas dan menyerahkan uang tersebut kepada Encinya agar ketika ke kota bisa dibelikan. Encinya sendiri yang berkata kepada Alia bahwa untuk mengambil uang tabungan, harus ada bukunya. Seketika, Enci yang Alia anggap sangat menyayangi dan baik kepadanya, berubah menjadi sosok yang tidak peduli di mata Alia. Pikiran Alia begitu kalap dan  kesal terhadap perilaku Encinya. Butuh waktu membuat Alia bisa merasakan kembali bahwa Encinya selalu sayang dan peduli kepada Alia.

Kadang seperti Alia….butuh waktu bagiku pula mencari alasan kenapa seseorang melupakan hal yang penting penanda kepedulian. Bahwa sebenarnya, banyak cara untuk peduli, dan kepedulian bisa diwujudkan dengan rupa yang kadang tidak kita pahami.

Tinggalkan komentar