Doa Untuk Rangga

“Rangga, apa kabarmu Nak…? dan Enci sangat merindukanmu”

Al-Qur'an Pemberian Rangga

Al-Qur’an Pemberian Rangga

Malam ini selepas sholat mataku tiba-tiba tertuju kepada Al-Qur’an pemberian Rangga anakku yang sekarang duduk di kelas empat.  Aku kemudian membaca beberapa ayat di dalamnya dan air mata mengalir begitu saja kemudian.  Bukan Al-Qur’an baru yang diberikan Rangga kepadaku, tetapi Al-Qur’an yang sudah usang dan sampulnya berubah warna. Ada coretan di sisi buku untuk menghilangkan nama pemilik sebelumnya dan Rangga menambahkan kata Bu Yanti di sana.

Hadiah Rangga adalah salah satu yang paling berkesan dari tumpukan hadiah warga Moilong menjelang kepergianku dari desa dulu. Aku bahkan ingat detail kertas kado yang untuk membungkus Al-Qur’an ini, dari kertas koran yang bertuliskan Rangga. Al-Qur’an ini membuatku merasa sangat hangat ketika mengingat tangan kecil Rangga membacanya. Aku membayangkan bagaimana Rangga menghapus nama di sisi Al-Qur’an dan mengganti dengan namaku, membungkusnya dengan rapi, dan seperti biasa “Rangga yang tanpa banyak kata” memberikan kado itu kepadaku.

Apa kabar Rangga? Murid spesialku lainnya. Bersama Sindi, Rangga adalah orang yang hampir tidak pernah absen untuk pergi ke sekolah. Entah belajar, bermain atau hanya sekedar duduk. Aku kadang memboncengnya bersama anak lain untuk pergi ke masjid, tapi Rangga lebih banyak menolak tawaran tumpanganku. Dia memilih berjalan, kemudian menunduk malu.

Apa kabar Rangga? murid yang menemaniku berjalan di pesisir tanpa kata. Saat banyak anak yang berceloteh dan rebutan ingin memegang tanganku. Rangga kecil hanya berjalan di depan dan di belakang. Sesekali dia menjelaskan sesuatu kemudian menunduk dan berjalan lagi.

Apa kabar Rangga? Murid pertama yang membuatku berjanji untuk belajar lebih baik tentang pertolongan pertama pada kesehatan saat dia tiba-tiba terkapar di depanku hampir tidak bisa bernafas karena bermain bola. Aku merasa sangat bodoh waktu itu hingga ada warga yang menolong. Rangga kemudian berdiri dan bilang “tidak apa-apa enci”,  tanpa kata lagi, ia berjalan bersamaku dan pulang.

Apa kabar Rangga? Seorang kakak yang baik bagi Sindi, menjaga dan pembela adiknya yang kesulitan. Rangga tidak akan pernah memulai memukul atau baejek seperti beberapa teman-temannya. Rangga harus dibuat benar-benar marah untuk melakukan itu. Ia terbiasa diam dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya segera.

Nak…Apa kabarmu? Lembar demi lembar Al-Qur’an ayat yang dibaca, membuat Enci begitu merindukanku, merindukan banyak kebersamaan tanpa kata tapi serasa hangat. Ada doa-doa terbaik yang bisa Enci panjatkan untukku.. Untuk selalu menjadi orang baik dan sayang kepada sesamamu, juga mencintai Tuhanmu.

Rangga, terimakasih ya…. Malam ini membuat suasana hati menjadi lebih damai.

Peluk jauh Enci

Tinggalkan komentar