Ekskul Sepak Bola Kami

WP_20131018_015[1]Hari ini adalah kali pertama anak-anak mempunyai ekskul baru, yaitu sepak bola. Ekskul yang tidak mungkin bisa kujalankan karena aku tidak bisa bermain bola. Sebenarnya sudah lama aku melihat bakat olah raga anak-anakku. Mungkin jika matematika atau logika, anak-anakku membutuhkan waktu untuk memahami, tetapi untuk urusan olah raga, jangan di tanya. Mereka adalah pelari yang handal, perenang dan penyelam yang baik, dan anak-anakku banyak sekali mempunyai permainan yang mengandalkan kekuatan fisik yang lumayan. Kasti, sepak bola,  Kalario, ataupun beberapa permainan tradisional lainnya.

Beberapa minggu yang lalu, aku dan pak Lis guru olah raga sekolah kami pergi ke Bintek Kurikulum 2013, disana kami mendapatkan pencerahan tentang kurikulum baru yang serba heboh ini. Salah satunya adalah tentang pengembangan ekskul. Prinsipnya adalah pengembangan karakter bisa di mana saja termasuk kegiatan di luar intra sekolah. Kami kemudian oleh pemateri disuruh merancang kegiatan ekskul baru untuk dilaksankan di sekolah. Tentang karakter yang disasar, peralatan yang dibutuhkan, dan bagaimana tekniks pelaksanaaan. Segeralah kami merancang. “ Mari kita wujudkan pak”  ucapku kepada beliau. Pak Lis yang ajar, saya yang kasih kumpul anak-anak.

Dan terjadilah kemudian, saya mendata siapa saja anak-anak laki-laki yang ingin ikut sepak bola, dan menentukan jadwal dengan mereka. Jadwal kami adalah hari jum’at sore setelah asar. Kejutan untuk saya, sekitar jam dua siang anak-anak  sudah banyak yang datang. Enci kapan kitorang latihan bola… tanya beberapa anak secara bergantian kepadaku. Ini jam berapa?, habis asar baru latihan…. aku menjawab celotehan mereka sambil lalu.

Aku adalah pengamat, itulah yang terjadi… memandangi anak-anak pemanasan, diajari beberapa teknik kemudian tanding antar tim. Aku senang hari ini bisa terjadi, saat guru di sekolahku kemudian menginisiasi ekskul untuk anak-anak. Aku percaya bahwa jauh dari kata “sorotan” banyak sekali orang-orang yang rela dan berdedikasi untuk melatih dan mendidik anak-anak meskipun tidak dibayar. Seperti yang dilakukan pak Lis. Pak lis guru olah raga kami, yang membuat sekolah lebih ramai sejak beliau diterima sebagai guru honor beberapa bulan lalu. Ya…guru honor dengan gaji tak seberapa dan dibayar setiap tiga bulan.  Lulusan SMA yang ingin terus belajar, dan mengerti banyak tentang olah raga. Yang kadang melatih senam di sore hari, bertanggung jawab melatih upacara sebelum hari senin, atau menjadi tokoh dibalik suksesnya pertandingan antar kelas semester lalu

Tinggalkan komentar